Powered By Blogger

Senin, 03 Mei 2010

Makalah Pend. Matematika

PEMANFAATAN CD INTERAKTIF DALAM PEMBELAJARAN

LOGIKA MATEMATIKA

DENGAN PENDEKATAN KONTEKSTUA

Oleh : Ikin Zaenal Mutaqin, M.Pd


Abstrak

Matematika sementara ini masih dianggap mata pelajaran yang dianggap momok bagi sebagian besar siswa kita. Oleh karena itu perlu diadakannya perubahan strategi dan metode pembelajaan matematika yang bertujuan untuk meningkatkan prestasi belajar siswa khususnya pada pokok bahasan barisan dan deret yang diajarkan pada siswa SMA kelas XII. Ada beberapa strategi dan metode pembelajaran yang dapat digunakan untuk meningkatkan prestasi siswa dalam belajar matematika salah satunya dengan memanfaatkan program computer yang berfungsi sebagai media Pembelajaran yang dikemas dalam sebuah CD Interaktif yang dapat membantu siswa dalam menanamkan konsep Logika Matematika. Di dalam CD Interaktif itu dirancang suatu model pembelajaran matematika dengan menggunakan pendekatan kontekstual sehingga siswa dirangsang untuk menemukan prinsip-prinsip dan konsep sendiri dengan bantuan tutorial. Pemanfaatan program computer yang dikemas dalam bentuk CD Interaktif ini selain bertujuan untuk menanamkan konsep Logika Matematika juga bertujuan untuk menciptakan suasana pembelajaran yang menyenangkan serta membentuk siswa sebagai pembelajar mandiri.

Kata kunci : Pembelajaran Matematika, Logika Matematika, CD Interaktif, Pendekatan Kontekstual.

I. PENDAHULUAN

Matematika salah satu ilmu dasar yang tidak perlu disangsikan lagi merupakantiang penopang perkembangan ilmu pengetahuan dan Tekhnologi. Akibatnya matematika disamping dapat berkembang mandiri dapat juga berkembang atas tuntutan keperluan bidang lain. Dengan demikian matematika mempunyai peran ganda yakni sebagai ratu sekaligus pelayan ilmu. Matematika dalam kedudukannya sebagai ilmu bantu, tidak saja diperlukan oleh orang yang berkecimpung dalam matematika saja tetapi juga digunakan orang dalam cabang ilmu lain. Berdasarkan kenyataan diatas pengajaran matematika haruslah menjadikan siswa mempunyai pandangan matematika tidak hanya ilmu yang terstruktur yang diturunkan secara deduktif dan logis, tetapi juga merupakan cara berpikir , bahsa, alat, studi tentang pola atau keterkaitan serta seni. Melihat pentingnya matematika dalam menghadapi era globalisasi dan industrialisasi maka diperlukan perubahan metode maupun strategi pembelajaran matematika khususnya dalam mengajarkan pokok bahasan. Logika Mateatika karena metode lama telah membuktikan kepada kita bahwa proses pembelajaran matematika dengan metode lama (konvensional) lebih menekankan dominasi guru dalam proses pembelajaran daripada peran aktif siswa selain itu guru lebih menekankan terselesaikan bahan ajar dikarenakan waktu yang terbatas sehingga pembelajaran terkesan membosankan dan kurang bermakna bagi siswa sehingga berakibat rendahnya prestasi belajar siswa yang ditunjukkan rendahnya nilai ujian matematika debandingkan mata pelajaran lain. Ada beberapa pilihan yang dapat digunakan untuk meningkatkan prestasi belajar siswa salah satunya dengan memanfaatkan program computer yang dikemas dalam bentuk CD Interaktif yang berfungsi sebagai media pembelajaran yang didalamnya berisi tutorial yang memandu siswa untuk menanamkan konsep barisan dan deret dengan menggunakan pendekatan inquiri. Pemanfaatan CD Interaktif ini bertujuan untuk menciptakan suasana pembalajaran yang menyenangkan bagi siswa karena CD dikemas dengan memanfaatkan media visual maupun audio, selain itu didalamnya terdapat Lembar Kerja Siswa yang dapat dikerjakan baik secara kelompok maupun individu. Bentuk CD yang praktis dapat dibawa kemana-mana memungkinkan siswa dapat memanfaatkannya untuk belajar di rumah.

II. TUJUAN PENELITIAN

Penelitian ini bertujuan untuk:

a. Membuat program computer yang berfungsi sebagai media pembelajaran (tutorial Interaktif) yang dirancang untuk menanamkan konsep Logika Matematika pada siswa SMA kelas XII dengan menggunakan pendekatan Kontekstual.

b. Menemukan format scenario pembelajaran matematika yang dapat meningkatkan penguasaan konsep dengan menggunakan CD Interaktif.

III. MANFAAT PENLITIAN

Manfaat penelitian ini adalah:

a. Ditemukan format pembelajaran Logika Matematika yang dapat membawa siswa cepat menguasai konsep Logika Matematika sehingga mampu meningkatakan prestasi belajar siswa.

b. Guru mendapat kesempatan mengembangkan ilmu yang didapat di bangku kuliah dan diperolehnya pengalaman yang inovatif mencari strategi pembelajaran yang sesuai dengan siswa.

c. Bagi pengembangan kurikulum, diperolehnya wawasan strategi pembelajaran yang tepat untuk membelajarkan pokok bahasan Logika matematika.

IV. LANDASAN TEORI

1. Pengertian Belajar

Untuk membantu mengatasi berbagai persoalan tentang metode kepemdidikan dan pengajaran yang efektif, maka peneliti mengajak untuk mengingat kembali apa sebenarnya pengertian belajar. Menurut Pedomana Pembinaan Profesianal Guru Sekolah Dasar dan Menengah, Dirjen Dikadasmen , Depdikbud , Jakarta (1997-1998) memberikan arti belajar adalah sebagai berikut:

“ Belajar merupakan proses perubahan tingkah siswa akibat adanya peningkatan pengetahuan, keterampilan, kemauan, minat, sikap, kemampuan untuk berpikir logis, praktis dan kritis”. Selain itubelajar juga dapat diartikan sebagai proses perubahan tingkah laku dari tidak tahu menjadi tahu dan belajar itu sendiri harus dirancang sedemiian rupa sehingga seluruh siswa aktif, dapat merangsang daya cipta, rasa, dan karsa. Dalam hal ini, para siswa tidak hanya mendengarkan atau menerima penjelasan guru secara sepihak, tetapi dapat pua melakukan aktivitas-aktivitas lain yang bermakna dan menunjang proses penyampaian yang dimaksud. Misalnya melakukan percobaan, membaca buku, bahkan jka perlu siswa-siswa tersebut dibimbing menemukan masalah dan sekaligus mencari upya-upaya pemecahannya.

Seperti uraian diatas bahwa sseorang yang sudah melakukan beajar mengalami perubahan tingkah laku. Menurut Rochman natawijaya(1984:13) memaparkan tentang cirri perubahan tingkah laku dalam pengertian belajar adalah sebagai berikut.

a. Perubahan yang terjadi secara sadar.

Disini individu yang belajar menyadari terjadinya perubahan atau sekurang-kurangnya individu telah merasakan terjadinya perubahan dalam dirinya. Individu yang bersangkutan menyadari bahwa pengetahuannya bertambah, kecakapan bertambah, kebiasaannya bertambah.

b. Perubahan dalam Belajar Bersifat Kontinue dan fungsional

Sebagai hasil belajar, perubahan yang terjadi dalam diri individu yang berlangsung terus menerus dan tidak statis. Satu perubahan yang terjadi akan menyebabkan perubahan berikutnya dan akan berguna bagi kehidupan ataupun proses belajar berikutnya.

c. Perubahan dalam Belajar Bersifat Aktif dan Pasif

Dalam perbuatan belajar, perubahan-perubahan itu senantiasa bertambah dan tertuju untuk memperoleh sesuatu yang lebih baik dari sebelumnya. Dengan demikian semakin banyak belajar, makin banyak dan makin baik perubahan yang diperoleh. Perubahan yang bersifat aktif artinya bahwa perubahan itu tidakterjadi dengan sendirinya melainkan karena usaha individu itu sendiri.

d. Perubahan dalam Belajar bukan Bersifat Sementara

Perubahan yang bersifat sementara atau temporer akan terjadi hanya beberapa saat saja, seperti berkeringat, keluar air mata dan sebagainya, tidak dapat digolongkan sebagai perubahan dalam arti belajar. Perubahan yang terjadi karena proses belajar yang bersifat permanen. Ini berarti bahwa tingkah laku yang terjadi setelah belajar bersifat menetap. Misalnya tidak mudah hilang begitu saja melainkan akan terus dimiliki, bahkan akan berkembang kalau terus digunakan atau dilatih.

e. Perubahan dalam Belajar Bertujuan atau Terarah

Ini berarti bahwa perubahan tingkah laku terjadi karena ada tujuan yang akan dicapai. Perubahan belajar akan terarah pada perubahan tingkah laku yang benar-benar disadari. Misalnya seseorang yang belajar mengetik sebelumnya telah menetapkan apa yang mungkin dapat dicapai dari belajar mengetik, atau tingkat kecakapan mana yang akan dicapainya. Dengan demikian belajar senantiasa terarah pada tingkah laku yang telah ditetapkan.

f. PerubahanMencakup Seluruh Aspek Tingkah Laku.

Perubahan yang diperoleh individu setelah melalui suatu proses belajar, meliputi perubahan keseluruhan tingkah laku. Jika seseorang belajar sesuatu, sebagai hasilnya ia akan mengalami perubahan tingkah laku secara menyeluruh dalam sikap, kebiasaan, keterampilan, pengetahuan dan sebagainya. Sebagai contoh misalnya jika seseorang anak telah belajar naik sepeda, maka perubahan yang paling tampak adalah dalam keterampilan naik sepeda. Akan tetapi ia telah mengalami perubahan seperti pemahaman cara kerja sepeda, pengetahuan jenis-jenis sepeda, pengetahuan tentang alat-alat sepeda, cita-cita untuk memiliki sepeda dan sebagainya.

2. Matematika Sekolah

a. Pengertian matematika Sekolah

Menurut kurikulum sekolah 1994 (1994:110) dijelaskan bahwa yang dimaksud matematika sekolah adalah “ matematika yang diajarkan di pendidikan dasar dan di pendidikan menengah”. Berarti matematika SD adalah matematika sekolah yang diajarkan ditingkat SD, matematika SMP adalah matematika yang diajarkan ditingkat SMP, matematika SMA adalah matematika sekolah yang diajarkan ditingkat SMA.

b. Fungsi matematika sekolah

Menurut kurikulum sekolah 1994 (1994: 110) “ matematika sekolah mempunyai fungsi sebagai masukan instrumental, yang memiliki obyek dasar abstrak dan berlandaskan kebenaran konsistensi, dalam system proses belajar mengajar untuk mencapai tujuan pendidikan”.

c. Tujuan matematika sekolah

Menurut kurikulum sekolah 1994 (1994: 111) tujuan umum matematika sekolah adalah sebagai berikut.

1. Mempersiapkan siswa agar sanggup menghadapi perubahan keadaan di dalam kehidupan dan di dunia yang selalu berkembang, melalui latihan bertindak atas dasar pemikiran logis, rasional, kritis, cermat, efektif, dan efisien.

2. Mempersiapkan siswa agar dapat menggunakan matematika dan pola pikir matematika dalam kehidupan sehari-hari, dan dalam mempelajari berbagai ilmu pengetahuan.

Dengan demikian tujuan umum matematika pada jenjang pendidikan menengah memberi tekanan pada penataan nalar dan pembentukan sikap serta juga memberi tekanan pada keterampilan dalam penerapan matematika.

3. Logika Matematika

3.1 Pernyataan

Pernyataan adalah kalimat yang mempunyai nilai benar atau salah, tetapi tidak sekaligus benar dan salah. Ada dua jenis kalimat,yaitu:

· Kalimat tertutup, merupakan pernyataan yang nilai kebenarannya sudah pasti.

Misalnya :

a. 2 x 4 = 8 (kalimat tertutup yang benar)

b. 2 + 4 = 8 (kalimat tertutup yang salah)

· Kalimat terbuka, merupakan pernyataan yang nilai kebenarannya belum pasti.

Misalnya :

P : Gula putih rasanya manis.

q. Ada daun berwarna coklat.

3.2 Ingkaran Pernyataan

Ingkaran atau negasi suatu pernyataan adalah pernyataan yang menyangkal pernyataan yang diberikan. Ingkaran suatu pernyataan dengan menambah ‘ Tidak benar bahwa … “ di depan pernyataan yang diingkar. Ingkaran pernyataan p dinotasikan dengan –p.

Contoh :

p : Tembakau mengandung nikotin

-p : Tembakau tidak mengandung nikotin.

3.3 Pernyataan Majemuk.

Pernyataan-pernyataan tunggal dapat digabung menjadi sebuah pernyataan dengan menggunakan kata hubung logika. Pernyataan baru ini merupakan pernyataan majemuk yang nilai kebenarannya bergantung nilai kebenaran pernyataan-pernyataan yang membentuknya.

a. Kongjungsi.

Pernyataan p dan q dapat digabungkan dengan kata hubung logika “ dan “ sehingga membentuk pernyataan majemuk “ p dan q “ yang disebut kongjungsi. Kongjungsi p dan q dilambangkan “ p Λ q “.

b. Disjungsi.

Pernyataan p dan q dihubungkan dengan kata hubung logika “ atau “ sehingga membentuk sebuah pernyataan “ p atau q “ yang disebut disjungsi. Disjungsi “ p atau q “ dilambangkan “ p v q “.

c. Implikasi.

Pernyataan p dengan q dapat digabungkan dengan kata hubung logika “ Jika p maka q “ yang disebut Implikasi. Implikasi “ Jika p maka q “ dilambangkan dengan p → q.

d. Biimplikasi.

Pernyataan p dengan q dapat digabungkan dengan kata hubung logika “ jika dan hanya jika ….’ Sehingga terbentuk pernyataan majemuk “ p jika dan hanya jika q” yang disebut biimplikasi. Biimplikasi “ p jika hanya jika q “ dilambangkan dengan “ póq”.

3.4 Konvers, Invers dan Kontraposisi

Dari sebuah implikasi dapat diturunkan pernyataan yang disebut konvers, invers, dan kontraposisi dari implikasi tersebut :

Jika diketahui implikasi p à q maka :

Konversnya adalah q à p

inversnya adalah ~p à ~q

kontaposisinya adalah ~q à ~q

4. Pembelajaran dengan Pendekatan Kontekstual.

Pembelajaran Kontekstual adalah konsep belajar yang mendorong guru untuk menghubungkan antara materi yang diajarkan dengan situasi dunia nyata siswa dan mendorong siswa membuat hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya untuk kemudian diterapkan dalam kehidupan sehari-hari. Pengetahuan dan keterampilan siswa diperoleh dari usaha siswa mengkrontruksi sendiri pengetahuan dan keterampilan baru ketika ia belajar. Pendekatan Kontekstual dilatarbelakangi karena pembelajaran konvensional yang berorientasi target penguasaan materi terbukti berhasil dalam kompetisi “ mengingat” jangka pendek, tetapi gagal dalam membekali anak memecahkan persoalan dalam jangka panjang, sehingga perlu diciptakan lingkungan belajar yang alamiah. Belajar akan lebih bermakna jika anak “mengalami” apa yang dipelajarinya, bukan hanya “ mengetahui”. Dengan pendekatan kontekstual proses pembelajaran diharapkan berlangsung alamiah dalam bentuk kegiatan siswa untuk bekerja dan mengalami, bukan transfer pengetahuan dari guru ke siswa. Strategi pembelajaran lebih dipentingkan daripada hasil. Dalam konteks ini, siswa perlu mengerti apa makna belajar, apa manfaatnya. Siswa akan menyadari bahwa yang mereka pelajari berguna bagi hidupnya nanti. Landasan pembelajaran Kontekstual adalah konstruktivisme, yaitu filosofi belajar yang menekankan bahwa belajar tidak hanya menghafal. Siswa harus mengkonstruksikan pengetahuan di benak mereka sendiri. Pengetahuan tidak dapat dipisah -pisahkan menjadi fakta-fakta atau preposisi yang terpisah, tetapi mencerminkan keterampilan yang dapat diterapkan

Pembelajaran dengan Pendekatan Kontekstual melibatkan tujuh komponen utama pembelajaran produktif, yakni: konstruktivisme (kontructivism), bertanya (questioning), menemukan (inquiry), masyarakat belajar (learning community), pemodelan (modeling), dan penilaian sebenarnya (authentic assessment).

5. Media Pembelajaran

Istilah media berasal dari bahasa Latin yang merupakan bentuk jamak dari “medium” yang secara harafiah berarti perantara atau pengantar. Makna umumnya adalah segala sesuatu yang dapat menyalurkan informasi. Istilah media ini sangat popular dalam bidang komunikasi. Proses belajar mengajar pada dasarnya juga merupakan proses komunikasi, sehingga media yang digunakan dalam pembelajaran disebut media pembelajaran. Menurut Kemp dan Dayton (1985) misalnya, mengidentifikasi beberapa manfaat media dalam pembelajaran yaitu :

a. Penyampaian materi pelajaran dapat diseragamkan

b. Proses pembelajaran menjadi lebih jelas dan menarik

c. Proses pembelajaran menjadi interaktif

d. Efisiensi dalam waktu dan tenaga

e. Media memungkinkan proses belajar dapat dilakukan dimana saja dan kapan saja.

f. Media dapat menumbuhkan sikap positif siswa terhadap materi dan proses belajar.

g. Media dapat membuat materi pelajaran yang abstrak menjadi lebih konkrit.

h. Media dapat membantu mengatasi keterbatasan indera manusia.

V. PEMECAHAN MASALAH

Untuk meningkatkan hasil belajar siswa guru harus mampu menciptakan suasana belajar yang melibatkan mental fisik-social siswa secara aktif supaya memberi peluang siswa untuk mengamati dan merekam data hasil pengamatan, menjawab pertanyaan dan mempertanyaka jawaban, menjelaskan sambil memberi argumentasi, dan sejumlah kegiatan penalaran lainnya.

Guru harus selalu menghargai setiap usaha dan hasil kerja siswa untuk berbuat dan berpikir sambil menghasilkan karya dan pikiran kreatif. Dengan cara ini memungkinkan siswa menjadi pembelajar seumur hidup. Untuk itu guru perlu menggunakan beragam metode yang menyediakan beragam pengalaman belajar melalui contoh dan bukti kontekstual.

Pengalaman belajar ini disediakan baik di dalam maupun di luar ruangan kelas. Siswa akan lebih mudah memahami suatu prinsip dan konsep jika dalam belajar siswa dapat menggunakan sebanyak mungkin indera untuk berinteraksi dengan isi pembelajaran.

Dari kerucut pengalaman belajar, diketahui bahwa siswa akan mencapai hasil belajar 10% dari apa yang dibaca, 20% dari apa yang didengar, 30% dari apa yang dilihat, 50%dari apa yang dilihat dan didengar, 70% dari apa yang dikatakan, dan 90%dari apa yang dilakukan. Hal ini menunjukkan bahwa jika guru mengajar dengan banyak ceramah, maka siswa aka mengingat hanya 20% karena siswa hanya mendengarkan. Sebaliknya, jika guru meminta siswa untuk melakukan sesuatu dan melaporkannya, maka mereka akan mengingat sebanyak 90%.

Untuk mencapai hasil belajar sebesar 90% maka dapat memanfaatkan tekhnologi program computer dalam bentuk tutorial interaktif yang dikemas dalam CD. Dalam CD Interaktif memanfaatkan media visual dan audio. Dengan media audio berupa rekaman dari tutorial diharapkan mampu meningkatkan konsentrasi siswa. Pemanfaatan media visual dalam bentuk video yang berisi penanaman konsep yang diajarkan dengan kehidupan nyata dan gambar bergerak mampu mempercepat pemahaman dan memperlama daya ingat sehingga mempermudah pembelajaran matematika. Di dalam CD Interaktif dilengkapi dengan Lembar Kerja Siswa sehingga siswa tidak hanya melihat tampilan tapi juga melakukan kegiatan. Dengan pendekatan ini diharapkan hasil belajar yang dapat dicapai sebesar 90 %. Pada penanaman konsep logika matematika guru dapat memanfaatkan CD Interaktif yang didalamnya berisi materi pelajaran, yang disesuaikan dengan scenario pembelajaran. Selain itu di dalamnya CD itu dilengkapi dengan tugas mandiri yang dapat dikerjakan siswa. Di dalam tugas mandiri dilengkapi dengan penghargaan bagi siswa bila siswa mampu menjawab benar sehingga dapat memotivasi siswa dalam belajar.

VI. DAFTAR PUSTAKA

Depdikbud. 1998. Pedoman Pembinaan Profesional Guru Sekolah Dasar dan Menengah. Jakarta. Depdikbud.

Depdiknas. 2003. Kurikulum 2004 SMA Pedoman Khusus Pengembangan Silabus dan Sistem Penilaian. Jakarta. Depdiknas.

Depdikanas. 2003. Kurikulum 2004 Standart Kompetensi Matematika Seaolah Menengah dan madrasah Aliyah. Jakarta. Depdiknas.

Gagne, Robert M. (1977). The Conditions of Learning. Florida: Holt, Richard and Winston, Inc.

Kereng, Achmad. 2003. Tenaga Kependidikan Profesional menghadapi Tantangan. Jakarta. Suara Guru:7-9.

Kemp & Dayton (1985). Planning and Producing Instrictional Media. New York: Harpe & Row Publisher.

Natawijaya, Rochman. 1984. Pengajaran Remidial. Jakarta. Depdikbud.

Oemar hamalik ( dalam Suyitno, Amin).2005. Petunjuk Praktis Penelitian Tindakan Kelas untuk Penyusunan Skripsi. Semarang. UNNES.

Sadiman, Arief S, dkk. (1986). Media Pendidikan: Pengertian, Pengembangan dan Pemanfaatnya. Jakarta: Pustekkom dan CV Rajawali.

Sartono Wirodikromo.2003. Matematika untuk SMU kelas XII. Erlangga. Jakarta.

Trini Prastiti dan Prasetya Irawan (2001). Media Sederhana. Jakarta. Ditjen Dikti Depdiknas

Tidak ada komentar:

Posting Komentar