Powered By Blogger

Sabtu, 30 Juli 2011

TIGA AMALAM BAIK (3 IS)

Tiga Amalan Baik
Oleh: Hiqzal Mutaqin
اَلْحَمْدُ لِلَّهِ الَّذِيْ أَمَرَنَا بِاْلاِعْتِصَامِ بِحَبْلِ اللهِ، أَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيْكَ لَهُ وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ لاَ نَبِيَّ بَعْدَهُ. اَللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ وَمَنْ تَبِعَ هُدَاهُ. أَمَّا بَعْدُ؛ فَيَا عِبَادَ اللهِ، أُوْصِيْكُمْ بِتَقْوَى اللهِ، فَقَالَ اللهُ تَعَالَى: يَاأَيُّهاَ الَّذِيْنَ ءَامَنُوا اتَّقُوا اللهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلاَ تَمُوْتُنَّ إِلاَّ وَأَنتُمْ مُّسْلِمُوْنَ.
Bumi yang kita tempati adalah planet yang selalu berputar, ada siang dan ada malam. Roda kehidupan dunia juga tidak pernah berhenti. Kadang naik kadang turun. Ada suka ada duka. Ada senyum ada tangis. Kadangkala dipuji tapi pada suatu saat kita dicaci. Jangan harapkan ada keabadian perjalanan hidup.
Oleh sebab itu, agar tidak terombang-ambing dan tetap tegar dalam menghadapi segala kemungkinan tantangan hidup kita harus memiliki pegangan dan amalan dalam hidup. Tiga amalan baik tersebut adalah Istiqomah, Istikharah dan Istighfar yang kita singkat TIGA IS.

1.ISTIQOMAH
Istiqomah. yaitu kokoh dalam aqidah dan konsisten dalam beribadah.
Begitu pentingnya istiqomah ini sampai Nabi Muhammad Shalallaahu alaihi wasalam berpesan kepada seseorang seperti dalam Al-Hadits berikut:

عَنْ أَبِيْ سُفْيَانَ بْنِ عَبْدِ اللهِ رَضِيَ اللهُ عَنْهُ قَالَ: قُلْتُ يَا رَسُوْلَ اللهِ، قُلْ لِيْ فِي اْلإِسْلاَمِ قَوْلاً لاَ أَسْأَلُهُ عَنْهُ أَحَدًا غَيْرَكَ. قَالَ: قُلْ آمَنْتُ بِاللهِ ثُمَّ اسْتَقِمْ. (رواه مسلم).
“Dari Abi Sufyan bin Abdullah Radhiallaahu anhu berkata: Aku telah berkata, “Wahai Rasulullah katakanlah kepadaku pesan dalam Islam sehingga aku tidak perlu bertanya kepada orang lain selain engkau. Nabi menjawab, ‘Katakanlah aku telah beriman kepada Allah kemudian beristiqamahlah’.” (HR. Muslim).

Orang yang istiqamah selalu kokoh dalam aqidah dan tidak goyang keimanan bersama dalam tantangan hidup. Sekalipun dihadapkan pada persoalan hidup, ibadah tidak ikut redup, kantong kering atau tebal, tetap memperhatikan haram halal, dicaci dipuji, sujud pantang berhenti, sekalipun ia memiliki fasilitas kenikmatan, ia tidak tergoda melakukan kemaksiatan.

Orang seperti itulah yang dipuji Allah Subhannahu wa Ta'ala dalam Al-Qur-an surat Fushshilat ayat 30:
“Sesungguhnya orang-orang yang mengatakan: “Tuhan kami ialah Allah” kemudian mereka meneguhkan pendirian mereka, maka malaikat akan turun kepada mereka (dengan mengatahkan): “Janganlah kamu merasa takut, dan janganlah kamu merasa sedih, dan bergembiralah dengan syurga yang telah dijanjikan Allah kepadamu.” (Qs. Fushshilat: 30)
2.ISTIKHARAH
Istikharah, selalu mohon petunjuk Allah dalam setiap langkah dan penuh pertimbangan dalam setiap keputusan.
Setiap orang mempunyai kebebasan untuk berbicara dan melakukan suatu perbuatan. Akan tetapi menurut Islam, tidak ada kebebasan yang tanpa batas, dan batas-batas tersebut adalah aturan-aturan agama. Maka seorang muslim yang benar, selalu berfikir berkali-kali sebelum melakukan tindakan atau mengucapkan sebuah ucapan serta ia selalu mohon petunjuk kepada Allah.
Nabi Shalallaahu alaihi wasalam pernah bersabda:

مَنْ كَانَ يُؤْمِنُ بِاللهِ وَالْيَوْمِ اْلآخِرِ فَلْيَقُلْ خَيْرًا أَوْ لِيَصْمُتْ. (رواه البخاري ومسلم عن أبي هريرة).
Barangsiapa beriman kepada Allah dan hari akhir, maka berkatalah yang baik atau diamlah. (HR. Al-Bukhari dan Muslim dari Abu Hurairah).

Orang bijak berkata “Think today and speak tomorrow” (berfikirlah hari ini dan bicaralah esok hari).
Kalau ucapan itu tidak baik apalagi sampai menyakitkan orang lain maka tahanlah, jangan diucapkan, sekalipun menahan ucapan tersebut terasa sakit. Tapi ucapan itu benar dan baik maka katakanlah jangan ditahan sebab lidah kita menjadi lemas untuk bisa meneriakkan kebenaran dan keadilan serta menegakkan amar ma’ruf nahi munkar.

Mengenai kebebasan ini, malaikat Jibril pernah datang kepada Nabi Muhammad Shalallaahu alaihi wasalam untuk memberikan rambu-rambu kehidupan, beliau bersabda:

أَتَانِيْ جِبْرِيْلُ فَقَالَ: يَا مُحَمَّدًا عِشْ مَا شِئْتَ فَإِنَّكَ مَيِّتٌ، وَأَحْبِبْ مَا شِئْتَ فَإِنَّكَ مُفَارِقٌ، وَاعْمَلْ مَا شِئْتَ فَإِنَّكَ مَجْزِيٌّ بِهِ. (رواه البيهقي عن جابر).
Jibril telah datang kepadaku dan berkata: Hai Muhammad hiduplah sesukamu, tapi sesungguhnya engkau suatu saat akan mati, cintailah apa yang engkau sukai tapi engkau suatu saat pasti berpisah juga dan lakukanlah apa yang engkau inginkan sesungguhnya semua itu ada balasannya. (HR.Baihaqi dari Jabir).

Sabda Nabi Shalallaahu alaihi wasalam ini semakin penting untuk diresapi ketika akhir-akhir ini dengan dalih kebebasan, banyak orang berbicara tanpa logika dan data yang benar dan bertindak sekehendakya tanpa mengindahkan etika agama . Para pakar barang kali untuk saat-saat ini, lebih bijaksana untuk banyak mendengar daripada berbicara yang kadang-kadang justru membingungkan masyarakat.

Kita memasyarakatkan istikharah dalam segala langkah kita, agar kita benar-benar bertindak secara benar dan tidak menimbulkan kekecewaan di kemudian hari.
Nabi Muhammad Shalallaahu alaihi wasalam bersabda:
مَا خَابَ مَنِ اسْتَخَارَ وَلاَ نَدِمَ مَنِ اسْتَشَارَ وَلاَ عَالَ مَنِ اقْتَصَدَ.
Tidak akan rugi orang yang beristikharah, tidak akan kecewa orang yang bermusyawarah dan tidak akan miskin orang yang hidupnya hemat. (HR. Thabrani dari Anas)
3. ISTIGHFAR
Istighfar, yaitu selalu instropeksi diri dan mohon ampunan kepada Allah Rabbul Izati.

Setiap orang pernah melakukan kesalahan baik sebagai individu maupun kesalahan sebagai sebuah bangsa. Setiap kesalahan dan dosa itu sebenarnya penyakit yang merusak kehidupan kita. Oleh karena ia harus diobati.

Tidak sedikit persoalan besar yang kita hadapi akhir-akhir ini yang diakibatkan kesalahan kita sendiri. Saatnya kita instropeksi masa lalu, memohon ampun kepada Allah, melakukan koreksi untuk menyongsong masa depan yang lebih cerah dengan penuh keridloan Allah.

Dalam persoalan ekonomi, jika rizki Allah tidak sampai kepada kita disebabkan karena kemalasan kita, maka yang diobati adalah sifat malas itu. Kita tidak boleh menjadi umat pemalas. Malas adalah bagian dari musuh kita. Jika kesulitan ekonomi tersebut, karena kita kurang bisa melakukan terobosan-teroboan yang produktif, maka kreatifitas dan etos kerja umat yang harus kita tumbuhkan.

Akan tetapi adakalanya kehidupan sosial ekonomi sebuah bangsa mengalami kesulitan. Kesulitan itu disebabkan karena dosa-dosa masa lalu yang menumpuk yang belum bertaubat darinya secara massal. Jika itu penyebabnya, maka obat satu-satunya adalah beristighfar dan bertobat.

Allah berfirman yang mengisahkan seruan Nabi Hud Alaihissalam, kepada kaumnya:
“Dan (Hud) berkata, hai kaumku, mohonlah ampun kepada Tuhanmu lalu bertaubatlah kepadaNya, niscaya Dia menurunkan hujan yang sangat deras atasmu dan Dia akan menambahkan kekuatan kepada kekuatanmu dan janganlah kamu berpaling dengan berbuat dosa” (QS. Hud:52).

Sekali lagi, tiada kehidupan yang sepi dari tantangan dan godaan. Agar kita tetap tegar dan selamat dalam berbagai gelombang kehidupan, tidak bisa tidak kita harus memiliki dan melakukan TIGA IS di atas yaitu Istiqomah, Istikharah dan Istighfar.
Mudah-mudahan Allah memberi kekuatan kepada kita untuk menatap masa depan dengan keimanan dan rahmatNya yang melimpah. Amin
أَقُولُ قَوْ لِي هَذَا وَأَسْتَغْفِرُ اللهَ لِيْ وَلَكُمْ فَاسْتَغْفِرُوْهُ اِنَّهُ هُوَ الْغَفُورُ الرَّحِيْمُ.

Jumat, 29 Juli 2011

What is lesson study?

Lesson study* is a professional development process that Japanese teachers engage in to systematically examine their practice, with the goal of becoming more effective. This examination centers on teachers working collaboratively on a small number of "study lessons". Working on these study lessons involves planning, teaching, observing, and critiquing the lessons. To provide focus and direction to this work, the teachers select an overarching goal and related research question that they want to explore. This research question then serves to guide their work on all the study lessons.

While working on a study lesson, teachers jointly draw up a detailed plan for the lesson, which one of the teachers uses to teach the lesson in a real classroom (as other group members observe the lesson). The group then comes together to discuss their observations of the lesson. Often, the group revises the lesson, and another teacher implements it in a second classroom, while group members again look on. The group will come together again to discuss the observed instruction. Finally, the teachers produce a report of what their study lessons have taught them, particularly with respect to their research question.

*"Derived from the Japanese word jugyokenkyuu, the term 'lesson study' was coined by Makoto Yoshida...it can also be translated in reverse as 'research lesson' [coined by Catherine Lewis], which indicates the level of scrutiny applied to individual lessons." --RBS Currents, Spring/ Summer 2002

LESSON STUDY QUOTES

In this section, you will find a selected list of quotes about lesson study and its practice in the U.S.

"We are attracted to the Japanese notion of lesson study because it lays out a model for teacher learning and a clear set of principles or hypotheses about how teachers learn. Lesson study embodies a set of concrete steps that teachers can take, over time, to improve teaching. These steps may need to be modified to work in the United States. But we believe it is better to start with an explicit model, even if it needs revising, than with no model at all." --Stigler & Hiebert, The Teaching Gap (1999)

"Japanese teachers say that the most powerful part of lesson study is that you develop the eyes to see children." --Catherine Lewis, Mills College

"Lesson study is a very powerful way to bring teachers together to structure and organize their thinking about classroom practices. However, we must not lose sight of the fact that lesson study in and of itself is an empty shell that will be filled according to the knowledge and skills brought to bear by the group of teachers conducting this activity." --Clea Fernandez, Promising Practices for Improving Instruction

Like most good investments, we expect that the growth and dividends from the time we invest in lesson study will accrue gradually over a long period of time. Improving our teaching in depth is hard, time-consuming work, which needs to be done collaboratively and in a supportive setting." --Lynn Liptak, "It's a matter of time: Scheduling lesson study at Paterson, NJ School 2" (2002)

"Lesson study helps teachers make the transition from being objects of research to actual researchers in the classroom." --Patsy Wang-Iverson, Research for Better Schools

"Lesson study takes us beyond examining student work to students working."--Patsy Wang-Iverson, Research for Better Schools

"Lesson study is easy to learn but difficult to master." --Sonal Chokshi, Lesson Study Research Group of Teachers College, Columbia University

"Lesson study is really as much of a culture as it is a professional development practice, and there has to be some kind of a cultural shift in the culture of teachers in the U.S." --Tad Watanabe, Pennysylvania State University

"I thought, how can teachers improve their teaching without doing lesson study?" --Akihiko Takahashi, De Paul University

"Why do lesson study? Besides the deep experience of working on a lesson, I'm always inspired by lesson study--the other practitioners. Please open up your classrooms!"--Akihiko Takahashi, De Paul University

If you know of any informative or other appropriate quotes about lesson study, please contact us at lsrg@columbia.edu.

LESSON STUDY HANDBOOKS/ GUIDES
In this section, you will find a list of handbooks and guides that provide prescriptive information and/ or templates for conducting lesson study. You can download or request many of these directly from this webpage. If you would like specific tools for conducting lesson study, please click here.



***The following list is alphabetized by author(s):

Lewis, C. (2002). Lesson study: A handbook of teacher-led instructional change. Philadelphia: Research for Better Schools.

This handbook illuminates both the key ideas underlying lesson study and the practical support needed to make it succeed in any subject area. Nine chapters address topics including the basic steps of lesson study, supports, misconceptions, system impact, and how to pioneer lesson study in your setting. The handbook provides practical resources including schedules, data collection examples, protocols for lesson discussion and observation, and instructional plans for mathematics, science, and language arts. Contributions by US lesson study pioneers Lynn Liptak, Tad Watanabe, and Makoto Yoshida highlight additional issues in lesson study design. If you believe that teachers should be the central force in their own professional growth, then read this book to discover both why and how lesson study matters. For ordering information, please click here.

Teacher to teacher: Reshaping instruction through lesson study (facilitator's guide). (2002). Naperville, IL: North Central Regional Laboratory (NCREL).

Teacher to Teacher: Reshaping Instruction Through Lesson Study, is a multi-media resource that includes a 140-page Facilitator's Guide and a 63-minute video. The 63-minute video contains three segments: an introduction to Lesson Study, the story of Ohio elementary teachers involved in Lesson Study through a mathematics lesson, and the story of Ohio secondary teachers participating in Lesson Study through a science lesson. The 140-page Facilitator's Guide includes interactive group processes, handouts, transparencies, facilitator notes, tools, and articles to support Lesson Study implementation. This product was published in 2002 by the North Central Regional Educational Laboratory (NCREL) and is one of the first resources that demonstrates American teachers using Lesson Study as a means of professional development in their schools. It is designed for teacher facilitators and professional developers to help support effective professional development opportunities for teachers. To order this product, please click here.

TATA TERTIB OBSERVASI KEGIATAN OPEN LESSON


Sebelum pengamatan

1. Pengamat & undangan hendaknya datang paling lambat 5 menit sebelum pembelajaran dimulai.
2. Kedatangan tamu di sekolah hendaknya tidak mengganggu konsentrasi belajar siswa di kelas masing-masing. Karena itu tamu hendaknya tidak ribut, berbicara tidak menimbul kan kebisingan di sekolah.
3. Siapkan buku catatan khusus observasi dan pena. Jika memungkinkan setiap pengamat memperoleh RPP, LKS, dan denah tempat duduk siswa.
4. HP di-silent-kan. Hindari mengirim atau menerima telpon kecuali untuk hal -hal yang mendesak. Juga hindari kesibukan mengirim atau membaca SMS.
5. Usahakan tidak membawa makanan di dalam ruangan.
6. Pastikan agar pada waktu observasi tidak diganggu perasaan ingin buang hajat. Buang air kecil/besar hendaknya dilakukan sebelum pembelajran.
7. Usahakan kelas yang akan digunakan open lesson memiliki sirkulasi udara yang baik.

Selama pengamatan


1. Semua pengamat segera memasuki kelas dengan tertib pada waktu yang ditentukan, sebelum pembelajaran dimulai.

2. Setelah memasuki kelas, pengamat hendaknya tidak l agi berkeinginan keluar masuk kelas.
Tetaplah berada di dalam kelas dan bersiap mengamati siswa belajar.

3. Segera menempati tempat (berdiri) yang memungkinkan dapat memperhatikan perubahan raut wajah dan gerak-gerik siswa ketika belajar. Posisi yang ideal ad alah di sisi kiri atau kanan ruangan kelas, apabila tidak kebagian terpaksa di belakang ruang kelas tapi masih lebih baik dari pada di luar ruangan kelas. Namun bila siswa sedang berdiskusi, pengamat dapat berdiri disamping kelompok untuk mendengarkan disk usi diantara siswa.

4. Pada awalnya, setiap pengamat berlatih mengamati satu kelompok. Kelak jika sudah lebih dari 5 kali observasi, pengamat dapat mengamati beberapa kelompok sehingga dapat mengatahui atmosfir kelas secara keseluruhan.

5. Tidak membantu guru dalam proses pembelajaran dalam bentuk apapun, kecuali memangtim teaching yang diinformasikan saat briefing. Biarlah guru melakukan tugasnya secara mandiri dan
terbebas dari intervensi siapapun.

6. Tidak membantu siswa dalam proses pembelajaran, misalnya mengarahkan pekerjaan siswa.
Jika siswa bertanya kepada pengamat, katakan agar siswa bertanya langsung kepada guru.

7. Tidak mengganggu pandangan guru -siswa selama pembelajaran. Jika pengamat seda ng mendekati kelompok atau berada ditengah -tengah kelas, kemudian tiba-tiba guru ingin memberikan arahan secara klasikal maka segeralah menepi agartidak mengganggu pandangan siswa.

8. Tidak menganggu konsentrasi siswa dalam belajar, misalnya berbicara dengan pengamat lain, keluar masuk ruangan.

9. Jika menggunakan kamera untuk mengambil gambar kegiatan belajar, lampu kilat (flash) hendaknya dimatikan. Kilatan lampu kamera dapat mengg anggu atau menghentikan konsentrasi belajar siswa.

10. Tidak makan, minum, dan merokok di dalam kelas.

11. Ingat fokuskan pengamatan pada siswa belajar.

a. APAKAH SISWA BELAJAR, BAGAIMANA PROSESNYA?

b. ADAKAH SISWA YANG TIDAK BELAJAR, MENGAPA?

c. BAGAIMANA USAH A SISWA MENGHADAPI KESULITAN BELAJAR?

12. Pengamat melakukan pengamatan secara penuh sejak awal sampai akhir pembelajaran.

Tata tertib refleksi

Tempat duduk di ruangan hendaknya ditata membentuk huruf “U”. Dengan demikian memungkinkan semua dapat berintera ksi secara mudah. Moderator dan guru pengajar (guru model) duduk didepan. Semua mencatat isu -isu yang dibahas.

Rambu-rambu untuk moderator

1. Moderator hendaknya orang yang mengikuti proses pembelajaran yang akan direfleksikan.

2. Moderator memperkenalkan diri & membuka diskusi refleksi.

3. Moderator membacakan tata tertib refleksi:

a. Refleksi hendaknya terfokus pada proses belajar siswa (APAKAH SISWA BELAJAR, BAGAIMANA PROSESNYA? ADAKAH SISWA YANG TIDAK BELAJAR, MENGAPA? BAGAIMANA USAHA SISWA MENGHADAPI KESULITAN BELAJAR? APA LESSON LEARNT (manfaat yang dapat diambil) DARI PEMBELAJARAN TERSEBUT)

b. Masalah yang didiskusikan hendaknya masalah nyata berdasar hasil pengamatan selama

proses pembelajran.
c. Masalah yang sudah disampaikan oleh pengamat sebelumnya tidak perlu diulang -ulang. d. Masalah yang disampaikan oleh pengamat sebelumnya boleh dibahas untuk
memperdalam refleksi.

e. Pada akhir refleksi akan disampaikan refleksi akhir oleh dosen pendamping (bila a da).

3. Setelah membacakan tata tertib, moderator memulai diskusi refleksi dengan mengucapkan terima kasih kepada guru yang melaksanakan open lesson dan meminta applause dari peserta.

4. Mempersilahkan guru pengajar melakukan refleksi diri terlebih dahulu. R efleksi diri dapat berupa perasaan sebelum, saat, dan setelah mengajar, ketercapaian skenario pembelajaran yang telah dirancang, kondisi -kondisi khusus yang terjadi pada beberapa siswa saat pembelajaran, dll.

5. Mempersilahkan para pengamat menyampaikan komentar berdasarkan fakta hasil temuan, analisis penyebab, dan alternatifsolusi.

6. Setelah satu orang menyampaikan komentar, moderator mempersilahkan pengamat lain menanggapi komentar tersebut. Sebaiknya, satu masal ah didiskusikan bersama sampai tuntas. Dengan demikian diskusi berlangsung menarik dan mendalam,

7. Moderator memberi kesempatan kepada semua pengamat untuk menyampaikan komentarnya.
Moderator tidak perlu men yimpulkan hasil diskusi karena berba gai alternati f solusi dapat diterapkan pada pembelajaran sehari -hari.

8. Akhirnya moderator memberi kesempatan kepada dosen pendamping untuk melakukan refleksi akhir dan memberi penguatan.

9. Sebelum moderator menutup acara refleksi, moderator mengingatkan tindaklanjut di masing - masing kelas/sekolah dan membawa temuannya untuk berbagi pengalaman pada pertemuan berikutnya.

Rambu-rambu pengamat menyampaikan komentar

1. Komentar yang disampaikan sebaiknya terfokus pada masalah proses belajar siswa , BUKAN
pada aktivitas guru mengajar.

2. Komentar yang disampaikan harus berdasarkan data pengamatan terlebih dahulu, bukan berdasarkan teori dan opini pengamat.

3. Sebaiknya, gunakan kata “pembelajaran kita” untuk mengomentari proses pembelajaran bukan “pembelajran guru A atau guru B”.

4. Gunakan kata yang halus dan bijak selama memberikan komentar dalam refleksi

5. Komentar yang disampaikan sebaiknya jauh dari sifat “menggurui” atau menurut opini/pandangannya sendiri.

6. Jika menyampaikan data tentang siswa belajar, kemukakan MENGAPA hal itu terjadi (ini merupakan interpretasi) dan bagaimana jalan keluarnya (ini merupakan saran untuk perbaikan pembelajaran selanjutnya).

7. Kemukakan juga pelaja ran apa yang dapat dipetik dari pembelajaran tersebut.

si kembar d'Farro dan d'Fanno

Senangnya lihat si kembar sehat dan aktif. Terima kasih yah Allah... atas segala nikmat dan karunia yang Engkau limpahkan pada keluarga kami. Semoga mereka menjadi anak sholeh yang berguna bagi agama, bangsa dan negara. Amiiin
INTEGRASI PENDIDIKAN PERUBAHAN IKLIM DALAM SILABUS MATEMATIKA
Oleh: HIZ. Mutaqin, M.Pd.

Sekolah : SMPN 1 Pasekan
Kelas : IX
Mata Pelajaran : Matematika
Semester : I (satu)
Standar Kompetensi : STATISTIKA DAN PELUANG
3. Melakukan pengolahan dan penyajian data

Kompetensi Dasar
3.1 Menentu kan rata-rata,median dan modus datatunggal serta penafsirannya Statistika
Materi Pokok : Statistika

Kegiaran Pembelajaran
Dengan penuh tanggung jawab melakukan pengumpulan data dengan mengukur dan mencatat data (menurus/tally) dengan objek isu lingkungan tentang pemanasan global secara teliti.

Indikator
Dengan rasa tanggung jawab dan secara teliti mengumpulkan data dengan mencacah, mengukur dan mencatat data dengan turus/tally.

Penilaian
Teknik : Tes tertulis
Bentuk : Tes Uraian
Instrumen :
Dari 12 siswa yang menggunakan tranfortasi ke sekolah diperoleh data sebagai berikut : Asep, Ani dan Amir naik mobil pribadi, Beni, Bedu, Budi dan Bona naik ankutan umum, Cici dan Caca Jalan kaki, Dodi naik sepeda, sedangkan Eman dan Egi naik motor.
a.Buatlah tabel dengan turus.
b.Berapa persen siswa yang mendukang ramah lingkungan?

Alokasi Waktu : 2x40 menit
Sumber Belajar : Buku teks, lingkungan
Nilai Karakter : Tanggung jawab dan teliti
PENERAPAN MODEL NUMBER HEAD TOGETHER (NHT) PADA PEMBELAJARAN MATEMATIKA
BY. HIZ. MUTAQIN, M.Pd

Pembelajaran kooperatif tipe Numbered Head Together (NHT) dikembangkan oleh Spencer Kagen (1993), pada umumnya NHT digunakan untuk melibatkan siswa dalam penguatan pemahamanpembelajaran atau mengecek pemahaman siswa terhadap materi pembelajaran.

Langkah-langkah penerapan NHT:

1. Guru menyampaikan materi pembelajaran kepada siswa sesuaI kompetensi dasar yang akan dicapai.
2. Guru membagi kelas dalam beberapa kelompok setiap kelompok terdiri dari 4- 5 siswa ,setiap anggota kelompok diberi nomor atau nama.
3. Guru mengajukan permasalahan dalam rangka penguatan materi pembelajaran kepada siswa untuk dipecahkan bersama dalam kelompok .
4. Guru mengecek pemahaman siswa dengan menyebut salah satu nomor (nama) anggota kelompok untuk menjawab. Jawaban salah satu siswa yang ditunjuk oleh guru merupakan wakil jawaban dari kelompok.
5. Guru memfasilitasi siswa dalam membuat rangkuman, mengarahkan dan memberikan penegasan pada akhir pembelajaran
6. Guru memberi penghargaan pada kelompok

Numbered Head Together dapat mendorong keberhasilan fungsi kelompok karena semua anggota tahu dan siap untuk menjelaskan jawaban mereka dan karena pada saat siswa membantu anggota kelompoknya, mereka juga membantu diri mereka sendiri dan seluruh kelompok.Karena respon yang diberikan berguna (milik) bagi semua kelompok, tidak hanya milik kelompok yang memberikan respon.

MATERI DESIMINASI DIKLAT P4TK MATEMATIKA JOGYAKARTA DI KABUPATEN INDRAMAYU (23 -28 JULI 2011)

PEMANFAATAN ALAT PERAGA DALAM PEMBELAJARAN MATEMATIKA
By. H.I.Z MUTAQIN, M.Pd. (Guru SMPN 1 Pasekan)

LATAR BELAKANG
Peraturan Pemerintah Nomor 19 tahun 2005 Pasal 42 (1) menyatakan bahwa “Setiap satuan pendidikan wajib memiliki sarana yang meliputi perabot, peralatan pendidikan, media pendidikan, buku dan sumber lainnya, bahan-bahan habis pakai, serta perlengkapan lain yang diperlukan untuk menunjang proses pembelajaran yang teratur dan berkelanjutan”.
Kedudukan alat peraga merupakan bagian dari sarana yang wajib dimiliki oleh setiap satuan pendidikan. Selain itu yang paling penting adalah kedudukan alat peraga terkait dengan fungsi pedagogik yang merupakan salah satu upaya untuk mempertinggi proses interaksi guru dengan peserta didik (atau siswa) di lingkungan belajarnya.
Hal ini dikarenakan obyek dalam pembelajaran matematika yang berupa fakta, konsep, prinsip dan skill/keterampilan merupakan benda pikiran yang sifatnya abstrak dan tidak dapat diamati dengan pancaindera. Untuk mengatasi hal tersebut, maka dalam mempelajari suatu obyek dalam pembelajaran matematika diperlukan pengalaman melalui benda-benda nyata (konkret) yaitu alat peraga yang dapat digunakan sebagai jembatan bagi siswa untuk berpikir abstrak.

TUJUAN
A. menambah wawasan para peserta dalam hal penggunaan alat peraga dalam pembelajaran matematika SMP, yang nantinya dapat dikembangkan sendiri oleh para peserta
B. Dapat memanfaatkan alat peraga matematika dalam pembelajaran sesuai kompetensi yang akan dicapai.

PENGERTIAN MEDIA DAN ALAT PERAGA
Dalam kamus Inggris Indonesia , media meliki arti yang sama dengan medium yang artinya perantara. Jadi media pembelajan adalah adalah sesuatu yang dapat dijadikan sarana penghubung untuk mencapai pesan belajar.
Istilah lain yang mempunyai makna yang sama adalah “alat peraga” dan “alat bantu belajar”
Ada yang menbedakan ada pula yang menginterpretasikan sama.
Suatu sumber belajar dikatakan alat peraga jika jika fungsinya sebagai alat bantu pembelajaran.
Sedangkan kalau media tidak sekedar alat bantu, namun dapat merupakan sarana utama dalam penyampaian pesan

FUNGSI ALAT PERAGA

Beberapa fungsi alat peraga :
Memudahkan memahami suatu konsep dalam matematika
Menguatkan atau menerampilkan konsep yang telah diberikan
Memotipasi atau untuk membangkitkan ketertarikkan siswa pada suatu konsep
Sebagai sumber belajar

SYARAT-SYARAT ALAT PERAGA

Menurut Prof. Dr. E.T. Ruseffendi (dalam pujiati 2009) ada beberapa syarat yang harus dimiliki alat peraga agar sesuai dengan apa yang diharapka, yaitu.
Sesuai dengan kosep matematika
Dapat memperjelas konsep matematika
Terbuat dari bahan-bahan yang ada disekitar dan aman bagi siswa
Bentuk dan warnanya menarik
Ukuran sesuai/seimbang dengan ukuran fisik siswa
Bila mungkin alat peraga tersebut dapat berguna banyak.

PENDIDIKAN PERUBAHAN IKLIM

WORKSHOP UJI COBA MODEL BAHAN AJAR PENDIDIKAN PERUBAHAN IKLIM UNTUK SD, SMP, DAN SMA

Untuk menindaklanjuti kegiatan Public Awareness, Training Education Program on Climate Change Issues for All Level of Societies in Mitigation and Adaptation yang diselenggarakan oleh Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) dan Indonesia Climate Change Trust Fund (ICCTF) dengan didukung oleh Pusat Kurikulum dan Perbukuan Badan Penelitian dan Pengembangan Kementerian Pendidikan Nasional dalam menyusun bahan ajar Pendidikan Perubahan Iklim untuk pelajar (SD, SMP, dan SMA) perlu melakukan uji coba model bahan ajar tersebut. Kegiatan uji coba yang berupa workshop mulai dilaksanakan di Indramayu pada tanggal 20 – 22 Juli 2011, dan telah dibuka oleh Kepala Dinas Pendidikan Kabupaten Indramayu yang diwakili oleh Sekretaris Dinas Pendidikan, Drs H Sugino, MM.

Kegiatan workshop ini dijadikan sebagai wahana bagi peserta untuk saling memberikan masukan guna merevisi isi modul untuk Panduan TOT, Panduan Guru, dan Buku Siswa yang telah disusun oleh BMKG dan Puskurbuk Kemdiknas. Peserta workshop terdiri dari Pengawas, Kepala Sekolah dan para Guru SD, SMP, dan SMA di Indramayu yang telah ditunjuk.

Pada workshop ini menghadirkan para nara sumber, yaitu: Kepala Bidang Pengelolaan Citra Inderaja BMKG, Hadi Widiatmoko, S.Si, M.Si, Kepala Bidang Informasi Meteorologi Publik, Drs Prabowo, M.Sc, Kepala Bidang Informasi Kualitas Udara, Ir Mangasa Naibaho, MT. Dengan adanya pemahaman materi tersebut, diharapkan seluruh peserta akan dapat memberikan masukan atau umpan balik untuk menyempurnakan isi materi modul-modul TOT, Panduan Guru, dan Buku Siswa SD, SMP, dan SMA sebelum modul tersebut dipublikasikan.

Kamis, 07 Juli 2011

PEMBERITAHUAN

Kepada Mahasiswa yang nilainya C atau D atau E untuk Mata Kuliah Metode Statistik I dan Ilmu Bilangan, bisa mengikuti semester pendek ( Juli - Agustus 2011). Silahkan hubungi TU FKIP UNWIR Prodi Pendidikan Matematika

NILAI METODE STATISTIK 1 (3 SKS) KLS 2C

No Nama NPM Kehadiran Tugas UTS UAS Nilai Mutu Keterangan
Peserta F 10% Nilai 20% Nilai 30% Nilai 40% Angka Mutu
1 IMANIA HIDAYAH   12 8,6 80,0 16,0 50,0 15,0 92,0 36,8 76,4 B LULUS
2 JANUAR YOGAS K.   13 9,3 80,0 16,0 75,0 22,5 65,0 26,0 73,8 B LULUS
3 ASTRI RAHMAWATI   13 9,3 80,0 16,0 20,0 6,0 65,0 26,0 57,3 C LULUS
4 PIPIT NITA   13 9,3 80,0 16,0 75,0 22,5 88,0 35,2 83,0 B LULUS
5 RAHMAT HIDAYATULOH   11 7,9 80,0 16,0 52,0 15,6 88,0 35,2 74,7 B LULUS
6 RATNA SAHARA   13 9,3 80,0 16,0 25,0 7,5 70,0 28,0 60,8 C LULUS
7 RIRIN HUTNERIANA   13 9,3 80,0 16,0 45,0 13,5 90,0 36,0 74,8 B LULUS
8 RIYAN P.   13 9,3 80,0 16,0 45,0 13,5 55,0 22,0 60,8 C LULUS
9 ROJIYAH   12 8,6 80,0 16,0 30,0 9,0 30,0 12,0 45,6 D TL
10 RONIAH   13 9,3 80,0 16,0 45,0 13,5 85,0 34,0 72,8 B LULUS
11 RUH NINDAYATI   13 9,3 80,0 16,0 52,0 15,6 80,0 32,0 72,9 B LULUS
12 RUSWENDI   13 9,3 80,0 16,0 25,0 7,5 88,0 35,2 68,0 C LULUS
13 SHOFIYATUNIDA   13 9,3 80,0 16,0 70,0 21,0 95,0 38,0 84,3 B LULUS
14 SITI HERYANTI   13 9,3 80,0 16,0 52,0 15,6 68,0 27,2 68,1 C LULUS
15 SITI ROKMAH   13 9,3 80,0 16,0 20,0 6,0 40,0 16,0 47,3 D TL
16 SUKANTO   13 9,3 80,0 16,0 20,0 6,0 60,0 24,0 55,3 C LULUS
17 SUTOMO   13 9,3 80,0 16,0 0,0 0,0 0,0 0,0 25,3 E TL
18 TARYA   13 9,3 80,0 16,0 20,0 6,0 45,0 18,0 49,3 D TL
19 TEGUH JANATUL   13 9,3 80,0 16,0 65,0 19,5 70,0 28,0 72,8 B LULUS
20 TITIN EKA MAULANI   13 9,3 80,0 16,0 35,0 10,5 55,0 22,0 57,8 C LULUS
21 TOTO WIHARJO   13 9,3 80,0 16,0 70,0 21,0 45,0 18,0 64,3 C LULUS
22 TRI ATMO YUWONO   13 9,3 80,0 16,0 26,0 7,8 30,0 12,0 45,1 D TL
23 TRI SUBEKTI K.   13 9,3 80,0 16,0 45,0 13,5 80,0 32,0 70,8 B LULUS
24 TRI WAHYUNI   13 9,3 80,0 16,0 32,0 9,6 45,0 18,0 52,9 D TL
25 TRIMAYA W   13 9,3 80,0 16,0 75,0 22,5 95,0 38,0 85,8 A LULUS
26 VANY KOMALASARI   13 9,3 80,0 16,0 25,0 7,5 88,0 35,2 68,0 C LULUS
27 YEVI TAZKIYAH   12 8,6 80,0 16,0 40,0 12,0 86,0 34,4 71,0 B LULUS

NILAI METODE STATISTIK 1 (3 SKS) KLS 2B

No Nama NPM Kehadiran Tugas UTS UAS Nilai Mutu Keterangan
Peserta F 10% Nilai 20% Nilai 30% Nilai 40% Angka Mutu
1 CICI OKTAVIANI   13 9,3 80,0 16,0 45,0 13,5 50,0 20,0 58,8 C LULUS
2 DASIKA MIDUN   13 9,3 80,0 16,0 40,0 12,0 65,0 26,0 63,3 C LULUS
3 EFI ALFIAH   13 9,3 80,0 16,0 88,0 26,4 75,0 30,0 81,7 B LULUS
4 FAKTUL MUJIB   10 7,1 80,0 16,0 50,0 15,0 60,0 24,0 62,1 C LULUS
5 FATMAWATI   12 8,6 80,0 16,0 35,0 10,5 70,0 28,0 63,1 C LULUS
6 GILAR TRI W.   13 9,3 80,0 16,0 45,0 13,5 75,0 30,0 68,8 C LULUS
7 HENRY FARISSA   11 7,9 80,0 16,0 50,0 15,0 75,0 30,0 68,9 C LULUS
8 IIM MALIKHA   13 9,3 80,0 16,0 45,0 13,5 65,0 26,0 64,8 C LULUS
9 IKA NUR JANAH   13 9,3 80,0 16,0 50,0 15,0 85,0 34,0 74,3 B LULUS
10 IKO SOLEHUDIN   13 9,3 80,0 16,0 25,0 7,5 74,0 29,6 62,4 C LULUS
11 INDAH RINDAYANI   13 9,3 80,0 16,0 45,0 13,5 80,0 32,0 70,8 B LULUS
12 JULEHA   13 9,3 80,0 16,0 45,0 13,5 75,0 30,0 68,8 C LULUS
13 KARTIKA   12 8,6 80,0 16,0 35,0 10,5 50,0 20,0 55,1 C LULUS
14 KUNI QUROTAINI   13 9,3 80,0 16,0 90,0 27,0 95,0 38,0 90,3 A LULUS
15 KUSNADI   12 8,6 80,0 16,0 45,0 13,5 50,0 20,0 58,1 C LULUS
16 LUTHFIYATUL I.   13 9,3 80,0 16,0 60,0 18,0 90,0 36,0 79,3 B LULUS
17 MASRIYAH   13 9,3 80,0 16,0 40,0 12,0 80,0 32,0 69,3 C LULUS
18 MAYMANAH   13 9,3 80,0 16,0 55,0 16,5 85,0 34,0 75,8 B LULUS
19 MEI ANGGRAINI   13 9,3 80,0 16,0 50,0 15,0 55,0 22,0 62,3 C LULUS
20 MOH. IQBAL S.   11 7,9 80,0 16,0 45,0 13,5 50,0 20,0 57,4 C LULUS
21 NADINA AYUDIA   13 9,3 80,0 16,0 55,0 16,5 65,0 26,0 67,8 C LULUS
22 NOVIAN JOKO H.   13 9,3 80,0 16,0 88,0 26,4 75,0 30,0 81,7 B LULUS
23 NUR FAUZIAH   13 9,3 80,0 16,0 45,0 13,5 65,0 26,0 64,8 C LULUS
24 NUR'AENAH   12 8,6 80,0 16,0 35,0 10,5 50,0 20,0 55,1 C LULUS
25 NURLELA   13 9,3 80,0 16,0 30,0 9,0 45,0 18,0 52,3 D TL
26 NURTRIANA P.   13 9,3 80,0 16,0 90,0 27,0 60,0 24,0 76,3 B LULUS
27 PUTRI INDAH L.   12 8,6 80,0 16,0 55,0 16,5 50,0 20,0 61,1 C LULUS
28 TURHAENI   13 9,3 80,0 16,0 45,0 13,5 90,0 36,0 74,8 B LULUS
29 MOH. RIZKY MUSLIM   10 7,1 80,0 16,0 0,0 0,0 25,0 10,0 33,1 E TL

NILAI METODE STATISTIK 1 (3 SKS)

No Nama NPM Kehadiran Tugas UTS UAS Nilai Mutu Keterangan
Peserta F 10% Nilai 20% Nilai 30% Nilai 40% Angka Mutu
1 ABDUROHIM   12 8,6 80,0 16,0 49,0 14,7 88,0 35,2 74,5 B LULUS
2 ADAM PURWANTO   13 9,3 80,0 16,0 30,0 9,0 73,0 29,2 63,5 C LULUS
3 ADE FAJAR DILANA   13 9,3 80,0 16,0 80,0 24,0 85,0 34,0 83,3 B LULUS
4 ADI SETIA PERWIRA   12 8,6 80,0 16,0 90,0 27,0 95,0 38,0 89,6 A LULUS
5 AHMAD FAUZAN   13 9,3 80,0 16,0 30,0 9,0 60,0 24,0 58,3 C LULUS
6 AHMAD HASAN B.   13 9,3 80,0 16,0 48,0 14,4 70,0 28,0 67,7 C LULUS
7 AHMAD NAZARUDIN   13 9,3 80,0 16,0 27,0 8,1 65,0 26,0 59,4 C LULUS
8 AHMAD SABAQI   12 8,6 80,0 16,0 23,0 6,9 55,0 22,0 53,5 D TL
9 ALFIYAH   13 9,3 80,0 16,0 55,0 16,5 90,0 36,0 77,8 B LULUS
10 ANI HERYAMAH   13 9,3 80,0 16,0 23,0 6,9 95,0 38,0 70,2 B LULUS
11 ANNE ROSDIANE   13 9,3 80,0 16,0 80,0 24,0 90,0 36,0 85,3 A LULUS
12 APRIYANI   13 9,3 80,0 16,0 35,0 10,5 87,0 34,8 70,6 B LULUS
13 ARINIH   13 9,3 80,0 16,0 40,0 12,0 55,0 22,0 59,3 C LULUS
14 ARTI IIN PARLINA   13 9,3 80,0 16,0 87,0 26,1 88,0 35,2 86,6 A LULUS
15 ASTRI KHARISMAWATI   13 9,3 80,0 16,0 55,0 16,5 95,0 38,0 79,8 B LULUS
16 ATIN SUPRIYATIN   13 9,3 80,0 16,0 50,0 15,0 95,0 38,0 78,3 B LULUS
17 AYU RIZKI N.   13 9,3 80,0 16,0 20,0 6,0 82,0 32,8 64,1 C LULUS
18 AYU SILVIANA T.   13 9,3 80,0 16,0 45,0 13,5 95,0 38,0 76,8 B LULUS
19 CAHARJO   13 9,3 80,0 16,0 22,0 6,6 60,0 24,0 55,9 C LULUS
20 DANNY PRADANA   13 9,3 80,0 16,0 28,0 8,4 72,0 28,8 62,5 C LULUS
21 DELY ELZA INDRIANI   13 9,3 80,0 16,0 25,0 7,5 60,0 24,0 56,8 C LULUS
22 DESI LESTARI   13 9,3 80,0 16,0 47,0 14,1 95,0 38,0 77,4 B LULUS
23 DESI RATNA SARI   13 9,3 80,0 16,0 30,0 9,0 95,0 38,0 72,3 B LULUS
24 DESY RETNO W.   13 9,3 80,0 16,0 87,0 26,1 74,0 29,6 81,0 B LULUS
25 DEWI RISKA S.   13 9,3 80,0 16,0 20,0 6,0 80,0 32,0 63,3 C LULUS
26 DIAN HARDIYATNA   11 7,9 80,0 16,0 45,0 13,5 80,0 32,0 69,4 C LULUS
27 DODI ROHADI   13 9,3 80,0 16,0 40,0 12,0 80,0 32,0 69,3 C LULUS
28 DWI SUGIARTI   12 8,6 80,0 16,0 28,0 8,4 90,0 36,0 69,0 C LULUS
29 DYAH AFRIANI   13 9,3 80,0 16,0 65,0 19,5 65,0 26,0 70,8 B LULUS
30 ELSA ARIYANI   13 9,3 80,0 16,0 85,0 25,5 74,0 29,6 80,4 B LULUS
31 ISMONIKE   13 9,3 80,0 16,0 80,0 24,0 92,0 36,8 86,1 A LULUS
32 IMAN SOBIRIN   10 7,1 80,0 16,0 22,0 6,6 55,0 22,0 51,7 D TL